J A M

Jumat, 20 Februari 2009

B A H A S A T U B U H

Ternyata tubuh kita juga mempunyai bahasa yang bisa dimengerti oleh semua orang, tapi bagaimana cara kerjanya banyak yang belum tahu.

Hari ini anak-anak mendengarkan penjelasan itu dari Ibu Guru.

“ Anak-anak tubuh kita juga mempunyai bahasa ! “.

“ Tapi tidak semua orang bisa menangkap bahasa yang dikeluarkan oleh tubuh kita, oleh sebab itu kita perlu belajar untuk tahu ! “.

Beliau menjelaskan dengan bahasa sederhana jadi anak-anak bisa menangkap apa yang diutarakan dengan santai dan suasana yang menyenangkan.

“ Pantas saja kemarin Bu Guru sedang marah, karena mengeluarkan Bahasa Tubuh ! “, tiba-tiba Toni mengangkat tangan mengutarakan pendapatnya.

“ Maksudmu bagaimana nak ? “ tanya Bu Guru sambil tersenyum.

“ Ketika itu Bu Guru masuk kelas dengan wajah serius dan tidak banyak bicara, artinya sedang marah atau ada yang mengganggu pikirannya, betul kan Bu ? “.

Teman-teman sekelas tertawa semua.

“ Kamu cerdas, nah seperti itu bahasa tubuh yang bisa dibaca orang lain ! “, puji Bu Guru.

“ Lantas apa gunanya bahasa tubuh itu Bu ? “, tanya Anya penasaran.

Bahasa Tubuh banyak gunanya, antara lain bisa untuk pergaulan, jadi kita bisa menghindari perselisihan atau pertengkaran.

“ Aku masih belum mengerti maksudnya Bu ? “, Bondi mangangkat tangan.

Misalkan sedang ngobrol bersama teman-teman, ada yang tidak sengaja bercanda tapi keterlaluan, pasti ada yang merasa tersinggung. Nah ketersinggungannya akan dimunculkan dengan bahasa tubuh, misal saja ada yang tiba-tiba merengut dan tidak mau ngobrol lagi, mudah kan terbaca bahasa tubuhnya.

Bondi hanya manggut-manggut seperti biasa, entah mengerti atau tidak.

“ Aku ngerti sekarang Bu ! “, tiba-tiba Gending juga angkat bicara.

“ Coba ceritakan apa yang kamu ketahui dari Bahasa Tubuh yang dimengerti ? “.

Waktu itu Ando teman sebangku Gendhing duduknya gelisah sekali tidak mau diam, seperti ada yang mengganggunya.

“ Itu juga bahasa tubuh kan Bu ? “, tanya Gendhing meyakinkan gurunya.

“ Lantas apa yang terjadi kemudian ? “, tanya Bu Guru mengangguk sambil tersenyum.

Ternyata Ando ingin ke kamar mandi tapi tidak berani minta ijin pada gurunya.

“ Ha..ha..ha..ha.. ! “, terdengar riuh tawa teman-teman sekelas.

Jadi Bahasa Tubuh tidak lah sulit dipelajari, tapi juga harus cermat mengartikan bahasa tubuh dari setiap orang, kadang tidak sama satu dengan yang lainnya.
Andai kita bisa menguasai dengan baik, maka kita bisa mengerti orang lain dan begitu pula sebaliknya orang lain kepada kita.

“ Nah, hal ini akan membuat pertemanan kalian jadi lebih enak kan anak-anak ? “.

“ Apakah salaman juga ada artinya Bu ? “, tanya Tito tiba-tiba, ia terdiam dari tadi karena menyimak penjelasan dengan sungguh-sungguh. Dia benar-benar ingin tahu, karena punya sahabat yang mudah sekali tersinggung.

“ Tentu, itu juga merupakan bahasa tubuh ! “, jawab Bu Guru. Berjabat-tangan bisa mengartikan persahabatan, juga mengartikan tanda hormat kepada seseorang, tanda awal perkenalan serta mengucapkan sesuatu, entah itu rasa simpati atau rasa berduka.

Tito paham sekarang bagaimana menghadapi sahabatnya yang cepat sekali tersinggung, yaitu dengan memakai bahasa tubuhnya.

“ Nah, anak-anak, sekarang kalian semua juga sedang mengeluarkan bahasa tubuh, ibu menangkap itu ! “.

“ Maksud Bu Guru gimana, kok aku gak ngerti ? “, tanya Ando polos.

“ Ya, kalian sekarang mulai gelisah, karena ingin segera istirahat, bukan kah sebentar lagi bel akan berbunyi kan ? “, Ibu Guru menutup penjelasannya dan tak lama kemudian suara bel sekolah tanda istirahat terdengar nyaring sekali.

Anak-anak serentak berhamburan keluar dengan wajah gembira, mereka senang karena hari ini dapat Ilmu Pengetahuan baru yang sangat penting.

“ Kamu kok gak nangkap bahasa tubuhku sih ? “, tanya Anya pada Bondi.

“ Bahasa tubuh apa’an ? “, jawab Bondi acuh tak acuh.

“ Aku kan minta dijajanin, kamu malah cuek aja ! “, ujar Anya lagi sambil merengut.

“ Aku pura-pura tidak tahu aja ! “, jawab Bondi sambil berlari manghindari kejaran Anya.

Anya tidak marah, hanya tersenyum saja, Bahasa Tubuh sangat banyak artinya juga sangat berguna untuk manusia…….

Karya : Tungky

Juni 2008


Dunia anak memang selalu luar-biasa n tidak ada yang bisa menggantikan masa-masa mereka, semoga saja cerpen anak diatas bisa menambah dunia mereka lebih berbintang-bintang lagi serta ramai dengan warna-warni layaknya celoteh mereka ........

Senin, 09 Februari 2009

APA ARTI SEBUAH NAMA

Gombak namanya, ia sangat membenci nama itu, tentu ada sebabnya.

Ada dua alasan, pertama, untuk orang atau teman-teman yang sering memanggil

Mbak terdengar seperti memanggil perempuan, namun dia tidak bisa menolak karena memang namanya Gombak.

Kedua, untuk yang suka memanggil Gom, terdengar seperti Gombal ditelinganya.

Ini pun Gombak tidak bisa berbuat banyak, kalau sudah begitu ia hanya pasrah, mau bagaimana lagi, memang itu nama pemberian orang tuanya.

Gombak sudah tidak sekolah lagi, ia hanya lulusan SMP dan sekarang jadi loper koran atau jualan koran keliling, namun banyak langganannya. Ayahnya hanya pekerja serabutan yang kerjanya tidak tetap, kadang jadi kuli bangunan atau pengojek. Ibunya sebagai buruh cuci harian pada sebuah komplek perumahan yang tidak jauh dari rumahnya.

Gombak punya seorang sahabat, anak dari salah seorang pelanggan korannya.

“ Gimana ya supaya orang tidak memanggil ku seperti itu ? “.

“ Memang kenapa, apa kamu malu ? “, tanya Musro karibnya.

“ Entahlah, aku jadi bingung sendiri ! “.

“ Kamu ada-ada saja, masa hanya karena panggilan nama saja jadi begitu “.

“ Kamu enak, nama mu lebih bagus ! “, kata Gombak lagi setengah cemberut.

Musro hanya tertawa saja, katanya, sebuah nama tidak bisa dibandingkan satu dengan yang lain, semua punya arti serta keindahan tersendiri. Ini bisa dibuktikan. “ Ah yang bener, kaya ahli aja “, Gombak mencibir.

“ Ga percaya ya, coba kamu sebut sebuah nama ! “, tantang Musro.

Lalu dia menyebut nama sahabatnya itu, ia ingin tahu bagaimana karibnya itu membuktikan ucapannya.

Nama itu singkatan kata orang tuanya, terdiri dari Musyawarah dan nama kakekku, Sosro. Ceritanya, saat itu dikampung ayahnya sedang ada Musyawarah tentang pembagian pengairan karena menjelang musim kemarau, pada saat yang sama Musro lahir. Kakeknya seorang tokoh desa yang juga memimpin Musyawarah Desa tersebut. Untuk mengenang peristiwa itu dipakailah kata Mus yang berasal dari Musyawarah. Lalu kata Sro berasal nama kakeknya Sosro karena cucu pertama beliau, laki-laki pula.

“ Jadi ada artinya kan ? “, tambah Musro meyakinkan.

“ Lantas, kalau nama ku apa artinya ? “.

“ Entahlah, aku harus tanya orang tua mu dulu “, kata Musro sambil tertawa.

“ Yeee ….. ! “, Gombak protes namun tidak marah.

“ Tapi aku ada cerita tentang nama mu ! “, sambung Musro.

“ Apa ? “, Gombak penasaran sambil menampakkan wajah yang lucu.

Musro hanya tertawa melihat sikap sahabatnya, lalu dia berkata, bahwa nama Gombak cukup terkenal di komplek perumahannya. Penghuni perumahan hanya tahu sebuah nama untuk langganan koran yang enak dan bagus pelayanannya, yaitu Gombak. Tidak hanya itu, nama itu juga diikenal penghuni komplek terutama para ibu, mengapa ? Karena nama itu gampang dan mudah sekali dimintai tolong serta ikhlas menolong apa pun.

“ Ah, ngarang kamu Sro “, kini Gombak yang terbahak, padahal semula senyum pun sulit juga ada kesalnya karena namanya.

“ Eh, mau gak kalo kamu ku panggil Kuda ? “, tanya Musro serius tiba-tiba.

“ Enak aja, aku punya nama masa dipanggil kuda ? “, Gombak protes keras.

“ Nah, gak mau kan, tau gak itu apa artinya ? “, kata Musro pula.

Kata Musro, nama tentu ada artinya, kalau tidak ada artinya tentu semua akan memanggil sesukanya, walau sudah punya nama yang jelas.

“ Aku tidak mengerti maksudmu ? “, tanya Gombak keheranan.

“ Udah deh, namamu yang jelas terkenal di komplekku, berarti berguna “.

“ Nama mu juga punya arti, buktinya kamu tidak mau dipanggil Kuda kan ? “, tambah Musro pula sambil tersenyum tanpa bermaksud mengejek.

Gombak hanya mengangguk-angguk berulang kali, entah dia mengerti atau tidak atau hanya sekedar mengangguk. Keduanya lalu tertawa-tawa.

“ Eh, tau ga, sebetulnya aku juga tidak suka nama ku, tapi cuek aja ! “, kata Musro lagi. Kini Gombak jadi heran dan tidak menyangka karibnya akan berkata seperti itu.

Musro hanya bisa bilang, kalau dipanggil belakang namanya, terdengar seperti Misro makanan dari singkong menyerupai combro, tapi berisi gula jawa cair. Kalau disebut penggalan depan namanya, terdengar seperti Musang.

Keduanya semakin terbahak riuh sekali, mereka senang, apalah artinya sebuah nama, jadi biar saja orang mau panggil dengan penggalan nama yang mana, karena setiap nama tentu ber-arti bagi si empunya.

Karya : Tungky

Minggu Terakhir September 2008

Cerpen diatas sudah pernah dikirimkan ke sebuah majalah anak yang cukup terkenal serta sebuah harian massa yang sangat populer, mungkin ceritanya agak sulit dimengerti anak-anak, semoga saja mereka semua bisa menikmati bacaan diatas ......


Selasa, 03 Februari 2009

RATIH, AKU DAN TEMPE ....

Ratih sahabat ku adalah anak seorang pembuat tempe, dia tidak malu karena ayahnya seorang pengusaha tempe.

“ Aku malah bangga, karena tempe adalah produk asli bangsa ini dan dikenal semua rakyatnya, harga terjangkau oleh segala lapisan masyarakat ! “.

Ratih bisa menjelaskan secara lancar dan terperinci sekali tentang proses pembuatan tempe dari awal hingga produk jadi yaitu tempe.

“ Aku mempelajari semua itu dari bacaan yang ku peroleh dari internet “ !, kata Ratih.

Internet ? “, tanyaku keheranan.

“ Iyalah … dari internet kita bisa mencari info apa saja yang dibutuhkan ! “.

Tempe yang dibuat dirumah Ratih sangat lezat rasanya, apalagi bila dinikmati selagi hangat dengan sambal yang tepat, hmm …… benar-benar nikmat !

“ Kok beda ya rasa dengan tempe-tempe lain yang pernah kurasakan ? “, kataku.

“ Sebetulnya sama saja dengan semua tempe yang diproduksi di tempat lain ! “.

Bedanya hanya dari cara pengolahan sejak awal. Dirumah Ratih, bahan kedelai selalu dipilih dari kwalitas yang terbaik, air benar-benar di periksa kebersihannya. Ruangan untuk kebersihan juga diperhatikan dengan seksama.

“ Pokoknya semua harus higienis ! “, kata Ratih pula.

Higienis ? Apa’an tuh ? “, aku baru dengar istilah itu dari Ratih.

Higienis bisa diartikan sebagai cara-cara yang mengikuti standard kesehatan juga kebersihan, karena hasil produksinya di konsumsi oleh banyak orang.

“ Sekali saja tidak diperhatikan, maka rasa tempe akan terpengaruh ! “, tambah Ratih pula.

Bila rasa tempe berubah dari semula, maka pelanggan akan lari ke tempat lain, tentu saja hasil penjualan juga akan berkurang, hal inilah yang selalu kami pertahankan dari sejak semula memproduksi tempe hingga sekarang.

Memang terbukti kata-kata Ratih itu, rumahnya tidak pernah sepi dari pembeli.

“ Tih, mengapa usaha keluarga mu tidak dibesar kan ? “.

“ Maksud mu ? “, kini Ratih yang tidak mengerti dengan ucapan ku.

“ Iya …… kan langganan mu sudah banyak, mengapa usaha mu tidak diperluas, misalnya tempat pembuatan di perbesar dan kapasitas produksi juga ditambah, gitu ! “.

Ratih tergelak, usul ku memang benar dan tidak ada salahnya, banyak yang sudah menyarankan begitu, tapi tidak perlu dan keluarga sudah memutuskan, bahwa produksi tempe cukup seperti adanya dan yang penting tetap mempertahankan kwalitas rasanya.

“ Kok gitu, kenapa Tih ? “

Mereka mempertahankan apa yang ada asal cukup untuk kebutuhan sehari-hari dan juga ada lebihan untuk bisa ditabung. Selain itu bila dibesarkan belum tentu kelanjutannya jadi bagus, bukan kah pesaing juga banyak, jadi biar saja, kalau rejeki yang diberikan Tuhan seperti ini ya terima saja. Selain itu juga mengikuti prinsip ekonomi, yaitu, semakin banyak tempe yang membanjiri suatu daerah, maka harga akan tak terkendali dan merosot ke tingkat terendah, belum lagi kwalitas rasa juga akan terganggu.

“ Wah, bukan main ya keluarga mu ? “, aku kagum sambil berdecak..

Padahal bila mau, bukan hal yang sulit bagi keluarga Ratih untuk memperluas produksinya, terbukti banyak pelanggan yang tidak terlayani dan sering kehabisan tempe.

“ Aku juga memelihara lele ! “, kata Ratih pula.

Kata dia, industri tempenya bisa menolong lele, “ Maksudnya gimana Tih ? “.

Kulit ari dari kedelai setelah terkupas atau dikupas, lalu dijemur dan digiling, hasilnya untuk makanan ternak, termasuk lele dan ayam kampung yang dipelihara.

“ Lele dan ayam kampung juga dijual Tih ? “.

“ Lele kami jual seadanya, jadi bukan pemasok tetap tiap hari ! “.

“ Sedang ayam kampung, telurnya yang kami jual secara rutin seminggu sekali ! “.

Menurut Ratih, memelihara lele agar limbah dari olahan tempe tidak terlalu banyak dan supaya tidak mengotori lingkungan.

Jadi disekitar rumah Ratih tetap terjaga kesehatan udaranya, juga mengurangi bau yang bisa mengganggu lingkungan.

“ Kedelai bisa diolah jadi bermacam-macam hasil, salah satunya adalah susu kedelai, kamu pernah coba ? “, tanya Ratih pula.

“ Nanti kita minum susu kedelai ya, ada macam-macam rasa, kamu tinggal pilih ! “.

“ Kamu juga jualan susu kedelai ? “, tanya ku penasaran.

“ Sebetulnya tidak, tapi bila ada yang memesan akan kami buat kan ! “.

Susu Kedelai hanya di konsumsi oleh keluarga saja untuk kesehatan.

Menurut Ratih, Kedelai juga bisa mengganti protein hewani tiap harinya dengan ukuran tertentu. “ Kan ada orang yang tidak boleh makan daging dengan alasan tertentu ! “, ujar Ratih pula. Nah, untuk mencukupi kebutuhan akan protein bagi tubuh orang yang tidak makan daging bisa diganti dengan hasil olahan dari kacang kedelai, bisa itu tempe, tahu, susu kedelai dan lain sebagainya.

Kacang-kacangan dan biji-bijian merupakan bahan pangan sumber protein dan lemak nabati, contohnya : Kedelai, Kacang Tanah, Kacang Hijau dan lain-lain.

Sayangnya kacang-kacangan mudah sekali kena jamur, sehingga mudah layu dan busuk. Untuk mengatasi hal itu perlu diawetkan, hasil olahannya dapat berupa makanan seperti, keripik, tahu dan tempe serta minuman susu kedelai.

“ Proses pembuatan tempe tidak sulit dan bisa memakai peralatan tradisionil ! “.

“ Itulah sebabnya banyak orang yang berusaha menjadi pembuat tempe ! “.

“ Dan yang paling penting adalah menciptakan lapangan kerja sendiri ! “, kataku menambahkan dan Ratih mengangguk keras sependapat dengan ku.

“ Ada hal yang harus diperhatikan sungguh-sungguh dalam pengolahan tempe ! “.

“ Itu perlu agar dapat hasil pengolahan tempe yang baik juga enak rasanya ! “.

Kedelai harus dipilih dari kwalitas yang terbaik, air harus jernih, tidak berbau dan bebas dari kuman penyakit. Cara mengerjakan harus bersih dan higienis, bibit tempe atau ragi tempe harus dipilih yang masih aktif.

“ Masih aktif ? Aku gak ngerti maksudmu Tih ! “.

Ragi Tempe aktif artinya bila diremas membentuk butiran halus bukan menggumpal.

Lalu Ratih menjelaskan dengan terperinci bahan-bahan untuk pembuatan tempe, alat-alat bantu produksi juga cara pembuatan hingga tempe jadi.

Dia juga menggambarkan alur pembuatan tempe di papan tulis, Ratih sangat menguasai. Benar-benar ia punya pengalaman dan pengetahuan tentang tempe. Betul juga katanya, kenapa harus malu jadi anak pembuat tempe ?

“ Aku nanti akan membuat tempe andai ada tugas tentang karya ilmiah dari sekolah ! “, kataku seolah dapat ide.

“ Bagus lah, nanti aku bantu ! “, Ratih mendukung semangatku.

“ Tapi aku membuatnya tidak sama denganmu Tih ! “, kata ku begitu yakin.

“ Kok gitu, memang apa rencana mu ? “, Ratih penasaran.

“ Aku mau membuat dua macam, katakan semacam percobaan ! “, kataku semangat.

“ Apa aja … coba kamu ceritakan ? “, Ratih jadi tertarik dengan ide ku.

“ Pertama, aku akan mencoba dengan cara dan alat yang sama dengan mu, tapi bahannya ada yang berbeda dengan pabrik tempe mu ! “, aku semakin semangat.

“ Wah, bagus juga rencana mu, tapi apa bahan yang berbeda itu ? “.

Ku katakan, aku mau coba buat tempe bukan dari kacang kedelei, tapi dari kacang tolo kata orang jawa atau kacang kedelai hitam.

“ Ha…ha…ha… ! “, Ratih spontan tertawa lepas.

Ia tidak bermaksud mengejek atau meremehkan ide ku, tapi geli karena belum pernah ada yang coba membuat tempe dengan kacang kedelai hitam.

“ Tapi tidak ada salahnya, siapa tahu hasilnya luar biasa ! “, dukung Ratih.

“ Kamu bisa jadi memegang hak paten sebagai penemu pembuatan tempe dari kacang kedelai hitam, iya kan ? “, Ratih menyemangati ku.

“ Lantas macam yang satu lagi apa ? “, tanya Ratih pula.

“ Aku mau coba membuat tempe sama persis dengan mu tapi dengan rasa yang ber-macam-macam ! “, jadi semakin tidak terkendali semangatku.

Ratih hanya melongo tidak dapat menangkap maksud rencanaku.

“ Kan sekarang banyak makanan dengan rasa macam-macam. Ada keripik rasa ayam panggang, ada rasa pedas juga rasa manis dan lain-lain …… begitu Tih ! “.

“ Jadi aku ingin membuat olahan tempe dengan berbagai rasa, supaya orang tidak mudah bosan dengan tempe ! “.

“ Bila pengen tempe rasa bawang, tinggal goreng ! “.

“ Kalau mau merasakan tempe pedas, juga tinggal goreng dan lain-lain rasa lagi ! “, kataku sambil membayangkan, andai kedua percobaan ku itu berhasil sukses dan bisa dimanfaatkan oleh banyak orang, tentu membahagiakan.

“ Bukan main ide mu itu …… betul juga mengapa tidak kita coba ya ? “, puji Ratih.

Kedua anak itu lalu menikmati susu kedelai yang masih segar dengan pilihan aneka rasa, sambil mendiskusikan ide ku untuk percobaan dua hal tersebut kelak.

Sementara hari beranjak mendekati gelap, aku harus bergegas pulang ………

Karya : Tungky

Pertengahan September 2008


Cerpen diatas sudah pernah dikirimkan ke majalah iptek anak yang cukup terkenal di kota ini, tapi hingga kini belum ada beritanya, sengaja dibuat cerpen anak tersebut agar mereka mendapat pengetahuan tambahan tentang cara pembuatan tempe, walau tidak detail sekali, paling tidak ada gambaran buat anak-anak, semoga anak-anak bisa mengerti jalan ceritanya, selamat membaca .....



Maukah Memberi Saran ?