J A M

Kamis, 29 Januari 2009

MANDI .... YUK .... MANDI ....

Uughhh…mandi lagi, mandi lagi ! “.

Selama ini mandilah yang selalu malas dilakukan Tito.

“ Enakan mandi cuma sekali aja, buat apa sering-sering ! “.

Kata ibu, banyak cara mandi menyenangkan bisa dilakukan.

Mandi dengan gayung, ini cara mandi yang paling umum. Dengan Shower juga mandi berendam bisa, hanya cara ini tidak dianjurkan. Mengapa ? Boros air serta menghabiskan waktu di kamar mandi. Mandi di kali ? Whualah…ini paling asyik bisa lupa waktu.

Di pegunungan ? Bisa, sejuk juga tidak tercemar aneka sampah yang dibuang sembarangan. Mandi dari pancuran juga bisa, weeh… menyenangkan !

Kenapa ya harus mandi … ?

Karena udara disekeliling berdebu, banyak bakteri, virus juga spora. Semua bisa lengket pada tubuh yang sedang berkeringat.

“ Spora itu apa bu ? “.

“ Kalau kamu suka lihat di tv tentang jamur kulit, nah spora itu sebabnya ! “.

“ O…itu jadinya kita suka gatal ya ? “, sela Tito sambil garuk-garuk kepala yang tidak gatal, tapi jarang keramas. Dia heran dengan pertanyaan sederhana tapi tidak pernah tahu jawabnya … ‘ Kenapa bisa gatal ? ‘.

“ Kalau bau badan bu ? “, belum puas rupanya Tito bertanya.

Bakteri yang tertinggal di keringat membuat tubuh jadi bau, terutama di lipatan-lipatan, seperti ketiak. Kalau cuma menyiram dengan air, maka lemak masih menempel di tubuh. Hanya debu dan kotoran yang lepas dari tubuh.

Untuk mengangkat hingga bersih minyak yang masih membandel, perlu sabun mandi.

“ Pantesan, nyuci piring pake sabun colek …! “.

“ Gunanya ngangkat lemak yang nempel, seperti kata iklan sabun cuci…gitu kan…he..he..he.. ? “, Tito terkekeh kesenangan.

Sabun dipilih disesuaikan dengan kulit, misal anak-anak, pakailah sabun anak. Jika kulit berjamur, pakailah jenis sabun anti septik atau sesuai dengan anjuran dokter kulit.

Tito mengangguk serius sekali menyimak. Entah mengerti atau sekedar ingin menganggukan kepala saja. Tito suka berlagak layaknya orang dewasa bila paham sesuatu dengan cara mengangguk-angguk.

“ Bagaiman cara mandi yang baik ? “, kata ibu pula .

Mandi bukan sekedar menyiram tubuh dan tidak sabunan.

“ Air bersih adalah syarat utama ! “.

Perhatikan semua bagian lipatan-lipatan seperti, belakang daun telinga, leher, ketiak, lipatan lengan, lipatan paha, kemaluan, pantat, belakang lutut serta jari-jari kaki.

Tempat tersebut merupakan daerah jamur dan bakteri. Jangan terlewatkan, bersihkan dengan baik.

“ Kalo tempatnya susah gimana, misalnya punggung ? “.

Gunakan alat bantu mandi bergagang dengan ujung ada busanya. Gosok dan bilas hingga bersih. Jangan biarkan sisa busa sabun sedikitpun karena bila menempel pada kulit dapat mengundang penyakit kulit lain.

Lalu keringkan dengan handuk bersih dan lunak, ingat … jangan pakai handuk satu untuk beramai-ramai, untuk menghindari penularan penyakit kulit.

“ Mandi ahhh … ! “, kata Tito tiba-tiba.

Sayup-sayup terdengar nyanyian, entah lagu apa, tapi ada kata-kata…

“ Mandi … yuk … mandi … siapa mau ikut … ke Bandung-Surabaya … lho ????

Karya : Tungky

Minggu, 12 november 2006.


Cerpen diatas juga pernah dikirim kan ke majalah iptek anak yang cukup terkenal, tapi belum ada tanggapan hingga kini, moga saja anak-anak tidak terlalu sulit memahami isi ceritanya, selamat membaca .....

Senin, 26 Januari 2009

MARMUT DAN KELERENGNYA .....

Gidua Marmut senang sekali mengumpulkan kelereng berwarna-warni.

“ Sekarang kamu punya hobi baru ya ? “, tanya Ayam Jago teman bermainnya.

“ Ah, tidak juga ! “, hanya begitu jawabnya, selalu singkat dan penuh tanda tanya.

“ Iya …… buat apa sih ? “, tanya Tikus penasaran.

“ Disimpan saja ! “, jawabnya santai.

“ Pasti mau buat kejutan lagi ya ? “, Landak coba mengorek jawaban, namun Gidua Marmut hanya menggeleng lalu pergi entah kemana.

Gidua Marmut tak suka membuat surprais karena ia juga tidak mau kejutan. Dia pernah punya pengalaman yang tidak menyenangkan karena kaget.

“ Waktu itu kita main tebak-tebakan ! “, kata Kelinci.

“ Ada berapa butir jagung kah dari jalan menuju pintu rumah Gidua Marmut ! “, kata Kelinci lagi.

“ Terus …… ? “, tanya Anak Kucing.

Diam-diam malam sebelum nya Gidua mengukur sendiri sambil berjalan mundur menaruh butir-butir jagung, tapi karena tidak hati-hati, ia terperosok lubang kecil yang cukup dalam, ia kaget hingga wajahnya membentur tanah cukup keras, giginya banyak yang

patah dan hanya tersisa dua buah gigi depan hingga sekarang.

“ Itulah sebabnya jadi Gidua Marmut alias Marmut Si Gigi Dua namanya ! “, kata Kelinci lagi sambil menahan senyum yang nyaris tak tertahankan, tanpa bermaksud meledek.

“ Itu sebabnya juga maka dia tidak suka kejutan ya ? “, Anak Kucing menebak.

Maka gemuruhlah tawa teman-teman Gidua Marmut tanpa bermaksud mengejek, tapi Gidua Marmut malah bangga dengan nama juga giginya yang tinggal dua itu, kata dia, jadi lebih mudah dikenali dan dicari diantara saudara-saudara sesama Marmut yang banyak jumlahnya dan dimata teman-teman semua Marmut sama bentuk, besar serta warnanya.

Dari hari ke hari jumlah kelereng Gidua Marmut semakin banyak, biasanya dia lalu mengurung diri di rumahnya berhari-hari, entah apa yang sedang dia kerjakan, teman-temannya jadi semakin ingin tahu.

Gidua Marmut selalu bisa membuat kejutan yang menghibur dan menyenangkan juga tidak membosan kan, malah fun kata mereka semua.

“ Kalian mau tahu apa yang aku perbuat dengan kelereng-kelereng itu ? “, tanya Gidua Marmut saat semua ngumpul.

Tentu saja jawaban kompak seperti koor terdengar ramai sekali.

“ Aku mau mengadakan permainan juga pertunjukan, tapi ada syaratnya ! “.

“ Apa’an sih ko pake syarat-syaratan segala seperti sayembara aja ? “, suara Tikus

yang memang tukang protes. “ Iya, kamu aneh-aneh aja ! “, Ayam Jago ikut menambahi ketidak setujuannya.

Maka dengan serentak terdengar suara gerutuan seperti jutaan Lebah di sarang.

“ Kalian harus bayar dengan uang sejumlah tertentu, tapi tidak mahal ! “, tambahnya.

“ Huuuu …… ! “, suara protes terdengar begitu kompak.

“ Lantas, bagaimana aku bisa ikut main, kan tubuhku besar, tentu rumah mu akan jadi sempit ? “, Ayam Jago masih belum puas.

“ Iya, begitu pula aku ! “, terdengar suara nyaring Anak Kucing.

Jangan kuatir, untuk kalian berdua sudah aku pikirkan, ada permainan tersendiri yang tidak kalah menariknya ! “, Gidua Marmut lega setelah semua ikut apa maunya.

Pertunjukan atau permainan dibagi menjadi dua bagian, untuk Ayam Jago dan Kucing diadakan di halaman rumah Gidua Marmut yang cukup luas.

“ Nah, Ayam Jago sahabat ku, ini permainan untuk mu ! “.

Ayam Jago harus menyepak kelereng ke arah 5 lubang yang tersedia.

Bila 5 kelereng masuk ke masing-masing lubang, maka isi didalam lubang milik Ayam Jago. Lubang itu berisi makanan kegemaran Ayam Jago, ada jagung, kacang-kacangan, kedelai hitam, butir-butir beras juga gandum. Ayam Jago diberi kesempatan menyepak dua kali untuk setiap lubangnya.

“ Anak Kucing kan sangat tajam penciumanmu ! “, kata Gidua Marmut. Dia diberi tugas mencari sepuluh buah kelereng yang sudah disembunyikan. Dua diantaranya dekat makanan dan minuman kegemaran Anak Kucing, yaitu sepotong daging dengan ukuran cukup besar dan secawan susu segar.

“ Tapi jangan senang dulu dan jangan pikir akan mudah mendapatkan ! “, Gidua Marmut menjelaskan dengan pasti.

Sementara untuk Tikus, Kelinci dan Landak ada tiga macam permainan, ruang pertama, ada macam-macam gambar yang terbuat dari kelereng aneka warna yang di benamkan di sebidang lempengan busa ukuran tertentu. Ada gambar mobil-mobilan, rumah juga pemandangan indah serta masih banyak lagi.

“ Kalian bertiga bergantian boleh mencoba merubah gambar-gambar itu sesuai dengan ide gambar masing-masing ! “.

Gidua Marmut membenamkan kelerengnya pada lempengan busa sehingga membentuk gambar-gambar yang bagus. Kelereng-kelereng itu bisa dipindah dari tempatnya menjadi bentuk gambar lain.

Ruang dua, berisi segala macam permainan dari kelereng, salah satunya yang menarik seperti permainan halma, memindahkan sejumlah kelereng kebidang yang kosong di sisi sebelahnya, tapi banyak rintangan yang dilalui dan harus berpikir keras agar semua kelereng bisa berpindah tempat dengan sempurna.

“ Kalian juga boleh bergantian main di ruang dua ini ! “, pesan Gidua Marmut.

Pada ruang tiga, berisi semacam lukisan dari kelereng tapi membentuk sebuah nama.

Kelinci, Tikus dan Landak membuat namanya sendiri pakai kelereng dengan susunan warna sesukanya dan boleh dibawa pulang. Jadi hanya dari ruang tiga yang boleh dibawa pulang. Terdengar suara riuh ramai, seru sekali, semua senang dan gembira, begitu pula Ayam Jago serta Anak Kucing di halaman.

“ Semua ini akan kuserahkan ke museum permainan anak di kota ! “, jawab Gidua Marmut mantap.

“ Lantas uang yang terkumpul mau kamu apa kan ? “, tanya Landak.

“ Uang yang terkumpul akan ku belikan kulit kerang yang banyak ! “.

“ Mau buat apa lagi sih ? “, Kelinci heran dengan ide Gidua Marmut yang seolah tidak pernah habis.

“ Lihat aja nanti di kesempatan lainnya ! “, Gidua Marmut senyum lebar penuh arti.

“ Katanya tidak mau surprais, kenapa selalu membuat kejutan ? “, kata Tikus pula.

Tapi teman-temannya yakin, Gidua Marmut akan membuat hal baru yang lebih seru lagi, tapi entah apa itu ………

Karya : Tungky

Minggu Pertama September 2008

Cerpen diatas belum lama ku kirim ke salah satu majalah anak yang cukup terkenal, semoga saja cerpen diatas tidak terlalu sulit buat anak-anak untuk dimengerti jalan ceritanya ......

Maukah Memberi Saran ?