J A M

Jumat, 10 Oktober 2008

GETINDEK TEMAN BARU BANU

Banu belum terlalu kenal daerah sekitar rumah barunya. Sudah berhari-hari Banu main sendirian. Ia belum punya teman di tempat barunya. Banu asyik bermain TAMIYA yang baru dibelikan ayahnya. O … lalaada yang mengintip ketika Banu sedang memainkan mobil-mobilannya. Hanya terlihat sebatas mata keatas dan nampak beberapa kepala yang tersembul dari balik pagar.Kalau mau main bersama ku masuk aja, jangan mengintip-ngintip gitu ! “, sapa Banu ramah pada suatu hari. Tidak ada jawaban sama sekali, suasana jadi sepi. Banu mendatangi pagar tanaman yang cukup tinggi di rumahnya. Ada tiga anak sebaya Banu sedang jongkok diam, anak-anak itu terkejut, tidak menyangka akan didatangi.Sedang apa kalian disini ? “. Kenapa diam saja, apa kalian tidak bisa bicara ? “, Banu mulai kesal. “ Ahanumaafkan kami ! “, jawab anak yang gemuk tergagap. Kenapa minta maaf ? “, suara Banu mulai pelan, sambil menahan geli. Iya, tadi kan kami mengintip, itu tidak baik ! “, jawab Si Gemuk. Kami suka mobil-mobilanmu ! “, giliran anak yang pendek bersuara.Kenalkan kami GETINDEK ! “, anak yang paling tinggi dengan tegas.Nama kalian bagus dan lucu ! “, Banu menahan geli sambil membalas jabat tangan ketiga anak itu. GETINDEK singkatan dari GEmukTInggipenDEK. Banu tergelak, ketiganya lucu gayanya. Si Gemuk yang tertua lalu Si Tinggi dan termuda Si Pendek. Itu sebabnya jadi GETINDEK bukan TINGGEDEK atau DEKGETING. Banu terbahak-bahak setelah mendengar arti nama itu. Mereka tinggal di kampung sebelah dekat rumah Banu. Teman-teman baru Banu selalu membuat mobil-mobilan sendiri. “ Dari kulit jeruk bali ! “, kata Si Gemuk. Pakai kardus bekas juga bisa ! “, Si Tinggi menambahkan.Aku pernah buat dari kayu, rodanya dari laher bekas ! “, Si Pendek tak ketinggalan memamerkan keahliannya. Banu belum pernah tahu mainan mobil-mobilan seperti itu. Ia tertarik dan ingin sekali lihat mainan-mainan itu. Waktu itu langit tampak indah dengan sinarnya yang kemerahan. Pertanda hari menjelang sore, tidak lama kemudian mereka berpisah. Seminggu berikutnya, pada hari Minggu pagi, Banu mendatangi rumah GETINDEK. Ketiganya nampak sedang asyik bermain mobil-mobilan buatan sendiri. Terdengar suara celoteh lucu dan senda gurau mereka, Banu senang sekali dapat teman baru yang bersahabat. Nama kalian yang sebenarnya siapa ? “. “ Openasaran ya … ? “, Si Tinggi tersenyum.Aku CENDAK ! “, kata SI Pendek. Aku DUWUR ! “, kata Si Tinggi. Kalau aku LEMU ! “, Si Gemuk malu-malu. Banu menahan geli, terdengar asing nama mereka. Nama kalian benar-benar aneh tapi unik, terus apa artinya ? “. LEMU artinya gemuk, DUWUR artinya tinggi sedangkan CENDAK artinya pendek, mereka kakak-beradik. Banu terbahak dan tidak dapat menahan gelinya. Jadi nama mereka disesuaikan dengan kondisi tubuh masing-masing tapi dalam bahasa daerah lalu di Indonesiakan dan jadilah GETINDEK singkatannya. Teman-teman baru ku sungguh istimewa, pikir Banu.


Aku coba membuat cerpen anak dengan thema yang lucu, entah ini bs dianggap lucu atau tidak oleh anak-anak, terserah tanggapan yang membaca, cerpen tersebut juga sudah ku kirim ke salah satu majalah anak yang sudah punya nama dan sangat dikenal anak-anak ....

Karya : Tungky

Desember 2003

Senin, 06 Oktober 2008

MUSIM HUJAN TELAH TIBA

Akhir-akhir ini hujan turun semakin sering saja. Pagi, siang bahkan juga malam. Tito, Toni dan Bondi senang sekali, karena bisa main hujan sepuas-puasnya. Kadang tidak hanya bermain bola, tapi juga kejar-kejaran lalu berguling-guling di tanah. Semakin kotor tubuh mereka, semakin senang ketiganya. “ Bon Ton, coba kalian bisa gak tangkap aku ! “, tantang Tito siap-siap berlari. “ Eh, apa susahnyaayo Bon … ? “, kata Toni lalu mengejar Tito, Bondi berlari mengikuti. Ketiganya berkejaran di halaman, setelah Tito tertangkap mereka pura-pura terjatuh lalu bergulingan sampai benar-benar tubuh mereka dipenuhi lumpur, riang sekali. “ Yuk kita main gol-golan ? “, ajak Bondi tiba-tiba.Tapi di undi dulu siapa yang menjaga gawang ! “, seru Tito.Setuju … ! “, Toni menambahkan dengan semangat. Mereka sungguh menikmati bermain hujan hari itu. Padahal orang tua ketiganya sudah melarang. Selain bisa sakit juga berbahaya bila ada sambaran petir. “ Hatsyihatsyi … ! “, terdengar Toni bersin-bersin terus. Ia sudah merasa kurang sehat sejak sore setelah mandi. Malamnya menjelang belajar, tubuhnya demam, giginya saling beradu sampai berbunyi menahan demam. “ Tonimengapa kamu masih bermain hujan juga ? “, tegur ibunya sambil memegang kening Toni, terasa hangat. Toni merasa bersalah dan menyesal, besok pasti tidak bisa sekolah, padahal dia ada janji dengan Tito dan Bondi juga Gendhing, setelah pulang sekolah mau membuat mainan perahu rakitan. Malamnya setelah diberi obat, ibunya cerita tentang hujan. Hujan itu bisa bersahabat bisa juga jadi bencana alam. Bersahabat bagi penduduk yang tanahnya kering kerontang dan jarang sekali turun hujan. Menjadi bencana, bila hujan turun terus-menerus tiada henti yang bisa mengakibatkan banjir besar. Banjir bisa terjadi karena ulah manusia juga, mengapa ? Banyak orang membuang sampah sembarangan bukan pada tempatnya, misalnya di kali, di got dan lain-lain tempat lagi. Menebang pohon sembarangan di hutan yang bisa mengakibatkan tanah longsor, sehingga air hujan tidak dapat meresap dengan baik di tanah, maka bisa terjadi banjir. Belum lagi wabah penyakit berbahaya yang ditimbulkan saat banjir tiba. “ Sekarang kamu sakit, rugi kan tidak bisa melakukan apa-apa ? “, tambah ibu.Pelajaran juga banyak yang tertinggal jadinya ! “. Toni hanya diam lesu menyesal sambil tiduran lemah tidak berdaya. Tanpa setahu Toni, Tito dan Bondi juga jatuh sakit. Toni tahu sekarang, bermain hujan tidak saja menyenangkan, tapi juga tahu akibatnya seperti yang dialami sekarang. Sebetulnya apa sih susahnya menuruti nasihat orang tua, apa pun itu, pikir Toni. Ternyata Tito dan Bondi juga berpikiran sama seperti Toni, kenapa selama ini tidak mau mendengar nasihat orang tuanya. Iya, apa ya sulitnya menjalankan nasihat orang tua, pikir Tito dan Boni di rumahnya, sambil berbaring sakit.

Karya : Tungky

Juli 2001


Cerpen karya ku diatas belum lama ku kirim kan ke majalah yang menyediakan rubrik khusus buat anak, aku selalu berharap tiap cerpen yang sudah dikirim bisa diterbitkan .....ternyata memang sudah dimuat pada majalah mingguan HIDUP, edisi no 49 Tahun-ke 62, Tgl 7 Desember 2008, senang sekali rasanya, moga bisa berguna bagi anak-anak .....


Maukah Memberi Saran ?