J A M

Selasa, 11 November 2008

TUGAS DARI GURU

“ Tur, bisa bantu aku gak ? “, kata Tono dengan wajah murung. “ Aku dapat tugas dari guru, untuk menentukan berat benda tapi tanpa ditimbang, aku jadi bingung, bagaimana caranya ? “. “ Lagian, mana mungkin mengukur berat benda tanpa ditimbang, iya kan Tur ? “. Nampak suara Tono yang makin meninggi ketika menceritakan masalah yang sedang dihadapinya dan seolah minta dukungan dari sahabatnya Guntur, bahwa tugas itu tidak mungkin dikerjakan. “ Ton, coba sabar dulu dan berpikir dengan tenang ! “, saran Guntur pula. “ Kamu selalu begitu, ntar buntut-buntutnya bilang, coba pake logika, iya kan ? “. Guntur hanya tertawa, Tono sudah tahu tabiat Guntur, selalu menghadapi semua persoalan dengan tenang dan memakai logika serta tidak terbawa oleh emosi. “ Aku mau tanya saja dan tolong dijawab dengan kejujuranmu ya ? “. “ Apa maksudmu …… ayolah, jangan malah membuat ku tambah bingung neh ! “, Tono protes dengan suara tinggi. “ Oke … oke … jawab saja satu pertanyaanku, setuju ? “, Guntur membujuk. Tono menggerutu tidak jelas seperti suara jutaan lebah di sarang. Tapi tak urung dia mengangukkan kepalanya tanda setuju dan mau. “ Menurut mu, apa mungkin guru memberikan tugas yang pasti tidak akan bisa dikerjakan muridnya ? “. “ Tapi sudahlah, mari kita kerjakan sama-sama, anggap saja kita seperti detektif kecil conan, oke teman ? “, suara Guntur terdengar jenaka untuk meredakan kadar emosi Tono yang nampak semakin meninggi. Guntur suka sekali dengan komik detektif kecil Conan, dia senang dengan caranya memecahkan segala misteri kejahatan. “ Kita mulai dari gurumu dulu ! “, kata lagi. “ Gurumu itu mengajar mata pelajaran apa ? “. “ Fisika dan IPA ! “, jawab Tono singkat dan bertambah kesal dengan sikap Guntur yang bertele-tele. Guntur tahu respon Tono, tapi pura-pura saja tidak tahu. Lalu ia bertanya lagi, “ Oke, kalau lihat tugasmu, sepertinya lebih cocok dengan pelajaran Fisika ? “. “ Kok gitu, aku gak ngerti ? “, wajah Tono spontan keheranan jadi tampak lucu. Guntur hanya tersenyum saja, usahanya mulai berhasil karena Tono tertarik dengan ucapan pancingannya. “ Iyalah …… memang ada cara lain untuk mengukur berat benda tanpa memakai timbangan, tentu saja memakai hukum atau rumus dari penemunya “ !. “ Tapi nanti dulu, benda apa yang ditugaskan gurumu untuk diukur beratnya ? “. “ Apa saja boleh asal benda padat ! “, Tono makin bingung tapi sudah tidak kesal. “ Nah, sudah lebih jelas analisa ku, sekarang kamu maunya mengukur benda apa ? “. “ Itu yang aku gak tahu, caranya aja gak ngerti, gimana bisa menentukan benda apa yang akan diukur beratnya ! “, jawab Tono. “ Wah, gayamu semakin mirip saja dengan Conan si Dektektif kecil itu ? “, kata Tono lagi yang sudah mulai tenang dan geli melihat gaya sahabatnya. “ Gak apa-apa kan dan yang penting berhasil usaha kita ini, tul gak ? “. Tono hanya mengangguk-anggukkan kepala saja bisanya, entah dia setuju atau hanya sekedar ingin menganggukkan kepala biar lebih seru percakapan mereka. “ Kita pake Hukum Archimedes ! “, kata Guntur tegas, mantap dan meyakinkan. Lalu Guntur menjelaskan proses mengukur berat benda padat dengan memakai Hukum Archimedes. Bahwa berat benda sama dengan air yang ditumpahkan. Andai Telur Bebek mentah yang akan diukur, maka sebelumnya disiapkan satu gelas besar berisi air penuh sampai kebibir gelas tapi jangan sampai meluap airnya. Lalu Telur Bebek mentah dimasukkan kedalam gelas itu, tentu ada air yang tumpah, nah air tertumpah itulah yang diukur beratnya, maka akan sama dengan berat Telur Tebek mentah itu. Jadi tidak perlu pakai timbangan untuk mengukur berat telur bebek mentah tersebut. “ Benar juga ya, kamu memang pintar juga cerdas Tur, terima-kasih ya ! “, Tono kegirangan karena semula sudah hampir putus asa dengan tugas itu. “ Eh, tapi tunggu dulu, lantas gimana caranya mengukur berat air yang tumpah ? “. “ Itu hal yang sangat mudah, tapi diperlukan sedikit akal panjang ! “, jawab Guntur kalem sambil senyum-senyum penuh arti. Timbangan kue yang dipakai, karena bisa menimbang berat benda yang ringan-ringan bobotnya seperti terigu, gula dan lain-lainnya. Gelas berisi air penuh tadi diletakkan didalam timbangan kueh, lalu setelah airnya tertumpah karena dimasukkan telur bebek. Gelas yang berisi telur bebek yang terendam air diangkat dari atas timbangan kueh. Nah, hanya air tumpahan yang tertinggal di timbangan kue tersebut. Tentu lebih mudah melihat ukuran beratnya. Itu juga sama dengan berat telur bebek dengan memakai Hukum Archimedes tadi. “ Sip …… sip …… sip …… ! “, Tono berjingkrak-jingkrak kegirangan tiada terkira. Guntur hanya tersenyum puas sambil memandang kelakuan sahabatnya itu. “ Aku jadi heran sendiri, apa seh yang kamu ga bisa Tur ? “. “ Setiap aku tanya apa saja selalu ada jawabnya ? “. “ Semua bisa ku jawab karena pertanyaannya masih nalar atau berlogika ! “. “ Tapi jangan salah, ada hal lain yang aku juga tidak bisa ! “. “ Jadi jangan pernah katakan aku si serba bisa ya Ton ! “, tambah Guntur lagi serius. “ Kamu mau tahu apa yang aku ga bisa Ton ? “. Lalu Guntur membisikan sesuatu ke telinga Tono, tidak berapa lama meledaklah tawa Tono sejadi-jadinya dan nyaris ia berguling-guling di tanah karena tidak tahan geli. Guntur hanya membisikan, bahwa ia tidak bisa memakai rok di keramaian orang atau di tempat umum, tapi anak perempuan bisa memakai celana panjang anak lelaki dimana saja dan kapan saja …………

Karya : Tungky

Medio September 2008.


Cerpen diatas belum lama ku kirim kan ke salah satu majalah iptek anak yg cukup terkenal, ini adalah salah satu cerpen terbaik ku yang pernah aku buat


1 komentar:

Mas Hery mengatakan...

cerpennya asik dibaca.

Maukah Memberi Saran ?