J A M

Selasa, 16 September 2008

TEMANKU JADI KENEK

Aku punya teman yang berasal dari Sumatera Utara. Namanya Poltak. Anaknya lucu dan logat Bataknya masih kental sekali . Poltak memang belum lama tinggal di Jakarta. Dia juga pemberani. Sekarang ia duduk di kelas 1 SMP tinggal bersama paman yang dipanggilnya "Tulang".
Suatu hari Poltak bercerita, kalau dia pernah jadi kenek Metromini. Aku terheran-heran mendengarnya.
" Begini ceritanya ! Waktu aku naik Metromini, supirnya ngomel sendiri dalam bahasa Batak. Rupanya, keneknya bertengkar dengan Polisi Lalu Lintas kemudian kabur tak kembali. Akibatnya tak ada yang menarik ongkos penumpang. " ,cerita poltak dengan logat Batak-nya.
" Lalu dengan bahasa Batak aku menawarkan diri menjadi kenek ! Si Supir senang sekali. Aku tarik ongkos penumpang satu-satu. Kadang sambil berteriak-teriak menunjukkan arah Metromini itu. Pokoknya seru sekali ! " katanya bersemangat.
" Kamu tidak malu Tak ? " tanyaku keheranan.
" Mengapa pulak malu, aku tidak mencuri ! " jawabnya mantap.
" Kalau ketahuan teman atau guru bagaimana ? ' tanya ku lagi.

" Tak ada urusan mengapa rupanya ? ' ia malah balik bertanya dengan logatnya yang khas.
" Kalau ada teman yang mengejek, apa tidak marah ? ".
" Biar saja, mengapa pulak marah ? " jawabnya yakin.
" Alaa ..... mak, kau ini balik tanya terus ! " aku akhirnya ikut berlogat Batak.
Kami berdua tertawa terbahak-bahak.
" Lalu kau dapat uang berapa ? " tanyaku.
" Ah, kau ini. Supir itu memang memberi uang, tapi kutolak. Aku kan hanya menolong ! " jawab Poltak.
Ah, Poltak memang luar biasa, pikirku. Tidak semua anak bisa dan mau mengerjakan pekerjaan itu.
" Ah aku ingat sekarang ! Aku punya pengalaman lucu ! " ujarnya lagi.
" Aku pernah makan di warteg. Setelah itu aku ke WC umum. Di pintunya ada tulisan ' Harap Nyanyi '. Aku jadi heran!
Biasanya kan ada tulisan ' Harap Ketuk ' atau ' Laki-laki ' atau ' Wanita ' ! " katanya serius dengan mimik lucu.
" Lalu mengapa tulisannya aneh begitu ? " tanyaku tak sabar.
" Setelah kutanya, ternyata kalau ada suara orang bernyanyi, itu artinya ada orang di WC. Ditulis begitu sebab pintu WC-nya rusak, tak bisa ditutup ! ".
" Ha ... ha ... ha ... " kali ini tawaku lebih keras dari yang tadi.
Poltak, Poltak ! Dia memang lucu sekali !!!!

Oleh : Tungky


Cerpen anak tersebut diatas sudah dimuat di Majalah Anak Bobo pada tahun 2001, edisi no 21 tahun XXIX tgl 23 Agustus 2001.
Aku sebagai penulisnya malah tidak menyangka kalau cerpen itu dimuat, oya, cerpen itu juga dimuat di internet, alamatnya www.pacific.net.id.
Awalnya aku cuma menulis biasa lalu ada saran dari saudara kandungku untuk sekali-sekali dikirim ke majalah anak, siapa tahu dimuat, begitu sarannya, ternyata benar adanya.
Aku menulis cerpen anak mulanya pada tahun 1998 kira-kira, persisnya kapan aku sendiri sudah lupa. Menulis cerpen juga bermula dari kegemaranku mendongeng untuk para keponakan ku sebelum mereka tidur malam. Anehnya, mereka para keponakan ku tidak mau di dongengkan cerita-cerita lama yang sudah ada dan me-legenda, seperti contohnya " Kancil Menyolong Ketimun " dllnya. Mereka minta aku membuat dongeng baru dan harus instant pada saat itu juga menjelang mereka mau tidur malam, entah mengapa juga aku selalu bisa dan tidak pernah kehabisan bahan sampai kini.
Jadi kesimpulan ku, bahan cerita itu selalu ada atau istilahnya unlimited resources, tinggal kita pandai-pandai mengemas dan menulis dengan bahasa yang bagus untuk menjadi sebuah cerpen anak. Beberapa cerpen ku lain juga sudah ada yang di terbitkan di Majalah Iptek Anak Orbit, juga majalah khusus Katholik HIDUP (ini yang paling sering menerbitkan cerpen anak ku).
Aku tidak pernah berhenti menulis cerpen anak sampai sekarang, bahkan ku coba tingkatkan menjadi cerpen remaja dan sudah ada yang ku kirim kan ke Majalah Remaja .......

Tidak ada komentar:

Maukah Memberi Saran ?