J A M

Senin, 09 Februari 2009

APA ARTI SEBUAH NAMA

Gombak namanya, ia sangat membenci nama itu, tentu ada sebabnya.

Ada dua alasan, pertama, untuk orang atau teman-teman yang sering memanggil

Mbak terdengar seperti memanggil perempuan, namun dia tidak bisa menolak karena memang namanya Gombak.

Kedua, untuk yang suka memanggil Gom, terdengar seperti Gombal ditelinganya.

Ini pun Gombak tidak bisa berbuat banyak, kalau sudah begitu ia hanya pasrah, mau bagaimana lagi, memang itu nama pemberian orang tuanya.

Gombak sudah tidak sekolah lagi, ia hanya lulusan SMP dan sekarang jadi loper koran atau jualan koran keliling, namun banyak langganannya. Ayahnya hanya pekerja serabutan yang kerjanya tidak tetap, kadang jadi kuli bangunan atau pengojek. Ibunya sebagai buruh cuci harian pada sebuah komplek perumahan yang tidak jauh dari rumahnya.

Gombak punya seorang sahabat, anak dari salah seorang pelanggan korannya.

“ Gimana ya supaya orang tidak memanggil ku seperti itu ? “.

“ Memang kenapa, apa kamu malu ? “, tanya Musro karibnya.

“ Entahlah, aku jadi bingung sendiri ! “.

“ Kamu ada-ada saja, masa hanya karena panggilan nama saja jadi begitu “.

“ Kamu enak, nama mu lebih bagus ! “, kata Gombak lagi setengah cemberut.

Musro hanya tertawa saja, katanya, sebuah nama tidak bisa dibandingkan satu dengan yang lain, semua punya arti serta keindahan tersendiri. Ini bisa dibuktikan. “ Ah yang bener, kaya ahli aja “, Gombak mencibir.

“ Ga percaya ya, coba kamu sebut sebuah nama ! “, tantang Musro.

Lalu dia menyebut nama sahabatnya itu, ia ingin tahu bagaimana karibnya itu membuktikan ucapannya.

Nama itu singkatan kata orang tuanya, terdiri dari Musyawarah dan nama kakekku, Sosro. Ceritanya, saat itu dikampung ayahnya sedang ada Musyawarah tentang pembagian pengairan karena menjelang musim kemarau, pada saat yang sama Musro lahir. Kakeknya seorang tokoh desa yang juga memimpin Musyawarah Desa tersebut. Untuk mengenang peristiwa itu dipakailah kata Mus yang berasal dari Musyawarah. Lalu kata Sro berasal nama kakeknya Sosro karena cucu pertama beliau, laki-laki pula.

“ Jadi ada artinya kan ? “, tambah Musro meyakinkan.

“ Lantas, kalau nama ku apa artinya ? “.

“ Entahlah, aku harus tanya orang tua mu dulu “, kata Musro sambil tertawa.

“ Yeee ….. ! “, Gombak protes namun tidak marah.

“ Tapi aku ada cerita tentang nama mu ! “, sambung Musro.

“ Apa ? “, Gombak penasaran sambil menampakkan wajah yang lucu.

Musro hanya tertawa melihat sikap sahabatnya, lalu dia berkata, bahwa nama Gombak cukup terkenal di komplek perumahannya. Penghuni perumahan hanya tahu sebuah nama untuk langganan koran yang enak dan bagus pelayanannya, yaitu Gombak. Tidak hanya itu, nama itu juga diikenal penghuni komplek terutama para ibu, mengapa ? Karena nama itu gampang dan mudah sekali dimintai tolong serta ikhlas menolong apa pun.

“ Ah, ngarang kamu Sro “, kini Gombak yang terbahak, padahal semula senyum pun sulit juga ada kesalnya karena namanya.

“ Eh, mau gak kalo kamu ku panggil Kuda ? “, tanya Musro serius tiba-tiba.

“ Enak aja, aku punya nama masa dipanggil kuda ? “, Gombak protes keras.

“ Nah, gak mau kan, tau gak itu apa artinya ? “, kata Musro pula.

Kata Musro, nama tentu ada artinya, kalau tidak ada artinya tentu semua akan memanggil sesukanya, walau sudah punya nama yang jelas.

“ Aku tidak mengerti maksudmu ? “, tanya Gombak keheranan.

“ Udah deh, namamu yang jelas terkenal di komplekku, berarti berguna “.

“ Nama mu juga punya arti, buktinya kamu tidak mau dipanggil Kuda kan ? “, tambah Musro pula sambil tersenyum tanpa bermaksud mengejek.

Gombak hanya mengangguk-angguk berulang kali, entah dia mengerti atau tidak atau hanya sekedar mengangguk. Keduanya lalu tertawa-tawa.

“ Eh, tau ga, sebetulnya aku juga tidak suka nama ku, tapi cuek aja ! “, kata Musro lagi. Kini Gombak jadi heran dan tidak menyangka karibnya akan berkata seperti itu.

Musro hanya bisa bilang, kalau dipanggil belakang namanya, terdengar seperti Misro makanan dari singkong menyerupai combro, tapi berisi gula jawa cair. Kalau disebut penggalan depan namanya, terdengar seperti Musang.

Keduanya semakin terbahak riuh sekali, mereka senang, apalah artinya sebuah nama, jadi biar saja orang mau panggil dengan penggalan nama yang mana, karena setiap nama tentu ber-arti bagi si empunya.

Karya : Tungky

Minggu Terakhir September 2008

Cerpen diatas sudah pernah dikirimkan ke sebuah majalah anak yang cukup terkenal serta sebuah harian massa yang sangat populer, mungkin ceritanya agak sulit dimengerti anak-anak, semoga saja mereka semua bisa menikmati bacaan diatas ......


1 komentar:

Anonim mengatakan...

Hihihi...lucu!! Ceritanya ringan seputar nama, tapi punya makna yg mendidik bahwa apapun nama yg diberikan oleh orang tua harus membuat kita tetap semangat utk berkativitas, ceria dan senantiasa menjadi orang baik. Setujuh??? ^_^

-riza-

Maukah Memberi Saran ?