J A M

Jumat, 03 Oktober 2008

TUGU ALU DUREN

Di sebuah pulau besar bernama Gemah Ripah, terdapatlah sebuah kerajaan. Diperintah oleh seorang raja bernama Sangga Buana. Raja itu sangat sakti, juga adil bijaksana. Rakyat sangat mencintai rajanya. Ia sangat taat pada hukum yang berlaku. Tetapi mempunyai kelemahan, bila sedang marah tidak segan-segan menyumpah. Karena kesaktiannya apa saja dan siapa saja yang terkena akan segera menjadi kenyataan.
Terasebutlah dua orang kakak-beradik, Ali yang sulung sedang adiknya bernama Alu. Keduanya sudah lama tidak pernah akur. Ali peringainya baik, sedang Alu kebalikkannya. Keduanya bekerja sebagai pedagang buah. Ali hanya menjual Buah Duren saja yang berasal dari kebun sendiri. Alu menjual bermacam-macam buah yang berasal dari kampung kampung lain.
Pada suatu hari keduanya berselisih seperti biasanya ……
“ Alu, mengapa engkau mencuri durianku ? “, tegur Ali geram. “ Aku tidak mencuri, jangan menuduh sembarangan ! “. “ Engkau pasti berjudi dan mabuk-mabukkan lagi ! “, kata Ali.
“ Uang mu habis hingga tidak bisa membeli buah-buahan lagi, lalu mencuri durianku untuk dijual, iya kan ! “, katanya marah. “ Mengapa kebiasaan burukmu masih diulangi terus ? “.
“ Pokoknya aku tidak mencuri durianmu ! “, jawab Alu kesal.
Pertengkaran itu semakin menjadi saja, mereka nyaris saling baku hantam. Orang-orang mulai banyak berdatangan.
“ Apa yang kalian pertengkarkan ? “, tanya seseorang. “ Alu mencuri durianku ! “, kata Ali. “ Tidak, aku tidak mencuri, dia bohong ! “, teriak Alu kesal. “ Apa buktinya kalau Alu mencuri ? “, tanya yang lain.
“ Ya betul, apa buktinya ? “, tanya seseorang.
Memang sulit membuktikan kalau Alu mencuri durian, apalagi Ali tidak melihat sendiri. Ia hanya tahu ada sekeranjang duriannya yang hilang dari tempat penyimpanannya.
“ Sudah ….. sudah, lebih baik kita menghadap raja ! “, usul yang lain, akhirnya mereka berbondong-bondong menghadap.
Raja Sangga Buana menerima rakyatnya yang datang padanya.
“ Wahai rakyatku, mengapa kalian datang padaku ? “, tanyanya.
“ Mohon ampun baginda, Ali dan Alu selalu saja bertengkar ! “. “ Sudi kiranya baginda dapat menyelesaikan persoalan mereka “.
“ Wahai Ali dan Alu, benarkah demikian ? ‘, tanya raja pula.
Kemudian Ali menceritakan segala kejadian yang mengakibatkan keduanya bertengkar dan nyaris saling baku hantam.
“ Sudah jelas Alu mencuri durian hamba ! “, kata Ali lagi.
“ Apa buktinya kalau Alu mencuri ? “, tanya raja ingin tahu.
Ali tidak bisa menjawab pertanyaan raja, ia hanya terdiam.
“ Nah Alu, coba kamu ceritakan juga kejadiannya ? “.
Raja terdiam sejenak setelah mendengar cerita dari Ali dan Alu. Keduanya mempunyai alasan yang kuat dan masuk akal. Sang Raja ingin sekali berlaku adil untuk keduanya, tapi kali ini mengalami kesulitan. Tiba-tiba sang raja menyuruh pengawalnya mengambil gada saktinya. Tentu saja semua yang menghadap merasa terkejut juga heran. Apa yang hendak dilakukan sang raja ? Mereka semua tahu akan keampuhan gada sakti sang raja.
“ Nah Ali dan Alu, dengar, aku sudah mempunyai keputusan yang adil dan benar ! “, kata raja berwibawa.
“ Aku sudah tahu siapa pemilik durian ini ! “, katanya lagi sambil menunjuk sekeranjang durian yang menjadi sengketa.
“ Mohon ampun baginda, apa yang hendak dilakukan dengan gada sakti tersebut ? “, tanya Ali khawatir. Sementara Alu hanya diam saja, ia terlihat pasrah saja.
“ Gada Sakti ini akan ku hantamkan pada sekeranjang durian ini “. kata raja.
“ Nanti akan terlihat siapa pemiliknya ! “.
Ali terkejut, bila gada sakti itu dihantamkan, pasti keranjang durian itu akan hancur lebur. Alu masih diam saja.
“ Ampun beribu ampun baginda, daripada gada sakti itu dihantamkan, lebih baik keranjang durian itu diserahkan saja pada Alu ! “, pinta Ali menghiba.. “ Hamba ikhlas baginda “.
“ Kamu sendiri bagaimana Alu ? “, tanya raja. “ Mohon ampun baginda, hamba mengikuti baginda saja ! “. “ Kalau baginda ingin menghantamkan gada sakti itu, hamba setuju saja ! “, katanya senang.
“ Hmm ….. baiklah ! “, kata raja mengurungkan niatnya. “ Ali, bawalah keranjang durian ini ! “, kata raja tenang. “ Kaulah pemilik sesungguhnya ! “, kata raja lagi.
“ Mohon ampun baginda, bagaimana baginda tahu keranjang durian ini milik Ali ? “, tanya seseorang.
Kemudian raja menjelaskan panjang lebar, bahwa bila dia pemiliknya tentu tidak akan rela jika buah-buahannya dihancurkan. Karena sebagai sumber mata pencahariannya. Sedang bagi yang mencuri tidak masalah, karena tidak pernah merasa memiliki. Semua yang menghadap mengerti sekarang, sungguh adil dan bijak Sang Raja Sangga Buana.
“ Kamu Alu, perbuatanmu sungguh tidak terpuji ! “, hardik raja dengan geram.
“ Engkau tidak saja mencuri dan berbohong, tapi suka mabuk-mabukkan dan berjudi ! “, kata raja semakin marah.
“ Kamu memang pantas dapat hukuman yang setimpal ! “.
“ Mohon ampun beribu ampun baginda, hamba sungguh menyesal “, Alu mengiba-iba sambil ketakutan sekali.
“ Perbuatanmu selama ini sungguh tidak baik ! “, tambah raja pula. “ Selalu dilakukan berulang-ulang walau Ali sudah mengingatkanmu, sungguh manusia tidak berguna kamu ! “.
Ali hanya terdiam saja tapi juga merasa khawatir akan tindakan sang raja. Bagaimanapun ia masih sayang pada adiknya, walau berperilaku tidak baik.
Hanya Alu saudaranya yang ada.
“ Hmm …… kamu memang seperti batu saja, sulit untuk jadi sadar kembali seperti manusia yang berguna ! “.
Maka dengan seketika tubuh Alu secara perlahan berubah menjadi patung batu dengan sikap memohon. Bersamaan dengan itu keranjang durian yang menjadi sengketa juga berubah menjadi batu.
Ali yang menyaksikan semua itu sungguh merasa menyesal. Andai saja mereka tidak bertengkar dan ada yang mau mengalah tentu tidak akan terjadi seperti itu.
Penyesalan memang selalu datang belakangan, oleh sebab itu selalu harus hati-hati dalam bertindak atau berucap.
Sebagai peringatan, patung tersebut diletakkan di alun-alun kerajaan. Agar semua orang dapat melihat.
Dan sejak saat itu desa tempat tinggal Ali dan Alu dinamakan desa “ TUGU ALU DUREN “.


Karangan : Tungky
November 2000.



Cerpen diatas berthemakan cerita kerajaan yang kubuat pada tahun 2000an, termasuk pertama dari beberapa cerpen lain yang kutuangkan dalam bentuk tulisan.
Bila disimak jalan ceritanya, maka akan tampak beberapa kejanggalan, dapatkan anda membedakan dengan cerpen-cerpen yang ku buat pada tahun belakangan ini atau yang mendekati tahun 2008 ????
Cerpen diatas belum pernah diterbitkan pada majalah anak atau harian yang menyediakan rubrik khusus untuk anak, segera akan diedit lagi supaya lebih menarik dan secepat mungkin akan ku kirimkan ……

Tidak ada komentar:

Maukah Memberi Saran ?