J A M

Sabtu, 04 Oktober 2008

HARTA KARUN

Adi, Bima dan Citra adalah tiga orang bersahabat, tinggal di tepian sebuah hutan jati. Ketiganya masih kelas 1 SMP, hobi mereka sama, yaitu berpetualang. Setiap pulang sekolah selalu berkumpul disuatu tempat yang mereka namakan Markas Jati. Orang tua mereka bekerja sebagai penebang Pohon Jati pada perusahaan milik pemerintah.Adi, Bima dan Citra selalu dinasehati agar selalu menjaga lingkungan. Jangan merusak apalagi menebang pohon sembarangan. Karena bisa menimbulkan tanah longsor. “ Bima, Citra, kemarin aku lihat sesuatu yang aneh ! “, kata Adi saat berkumpul di Markas Jati. “ Apa itu Di ? “, tanya Bima dan Citra bersamaan. “ Entahlah, bagaimana kalau kita selidiki ? “, ajak Adi pula. Ketiganya lalu bergegas ke tempat yang dimaksud oleh Adi. Tempat itu tidak jauh dari markas mereka, tanahnya masih merah tanda belum lama terjadi. Ketiganya saling berpandangan. “ Ayo kita gali, siapa tahu harta karun ! “, ajak Bima. “ Jangan, aku takut, kalau barang curian bagaimana ? “, kata Citra ketakutan. “ Tidak usah takut, kalau barang curian kita lapor polisi ! “, kata Adi meyakinkan temannya. Kalau begitu terserah kalian sajalah ! “, kata Citra pula. Lalu mereka menggali, ternyata ditemukan sebuah kotak kecil. Adi lalu membuka kotak itu, ada secarik kertas dan ada tulisan …. ‘ Jika kalian ingin menemukan Harta Karun, majulah lima langkah dari tempat mu berdiri ‘. “ Nah, benar kan, ternyata petunjuk mencari Harta Karun ! “, kata Bima kesenangan. “ Asyik, kita berpetualang lagi ! “, tambah Adi pula. Sementara Citra hanya tersenyum, ia tidak begitu yakin.Mereka mengikuti petunjuk pada kertas itu, tapi tidak ditemukan apa-apa. Ketiganya mencari kesana-kemari dengan harapan menemukan petunjuk baru. Tapi tidak ada apa-apa. “ Lihat, ada kertas ditindih batu ! “, seru Bima tiba-tiba. ‘ Bila masih ingin Harta Karun, lekas bergeser sepuluh langkah ke kanan dari tempat berdiri sekarang ‘. Ketiganya semakin penasaran, diikuti petunjuk baru tersebut. “ Hei lihat, ada kertas yang tergantung pada ranting ! “, seru Citra yang melihat pertama kali. Kertas itu ternyata petunjuk baru lagi dan ada tulisan ‘ Mundur lima langkah ke belakang dari tempat berdiri ‘. Ditempat baru mereka menjumpai secarik kertas yang ditutupi daun-daun kering. 'Bergeser sepuluh langkah ke kiri ‘. Adi, Bima dan Citra sama-sama terkejut ketika sampai ditempat baru. Ternyata mereka kembali ketempat semula. “ Wah, kita dikerjai orang ! “, kata Adi kesal. "Awas kalau ketemu, akan kubalas nanti ! “, Bima ikut-ikutan geram. “ Teman-teman, siapa tahu ini baru permulaan ! “, kata Citra tenang, tapi juga penasaran. Dia terus berpikir. “ Apa maksudmu ? “, tanya Bima heran. Kemudian Citra menjelaskan, kalau arah petunjuk tadi dihubungkan maka akan menjadi persegi empat. “ Siapa tahu disanalah Harta Karun itu tersembunyi ! “. “ Benar juga ya, aku tidak berpikir begitu ! “, kata Adi. “ Wah, kamu pintar juga menganalisa ya ! “, puji Bima pula.Akhirnya ketiganya sepakat membuat dua garis diagonal, lalu titik temu kedua garis diagonal itu dianggap tempat Harta Karun. Ternyata kerja sama pemikiran ketiganya berhasil dengan diketemukannya kotak yang diduga berisi Harta Karun. Adi, Bima dan Citra senang sekali. Mereka merasakan petualangan kali ini lebih mengasyikkan. Tiba-tiba Adi tertawa terbahak-bahak, tentu saja Bima dan Citra jadi heran. Lalu keduanya ikut membaca kertas dari Adi. Tidak berapa lama Bima dan Citra juga tertawa sekeras-kerasnya, bahkan lebih keras dari Adi. Ternyata tulisan itu adalah ‘ Rajin-rajinlah belajar, supaya pandai dan tercapai cita-citamu kelak ‘. Adi, Bima dan Citra tidak kesal atau marah, bahkan senang. “ Ini baru namanya berpetualang ! “, kata Adi bangga. “ Dan ini namanya Harta Karun sesungguhnya ! “, tambah Bima tidak kalah girangnya. “ Tapi siapa ya yang membuat ini semua, aneh ? “, tanya Citra masih keheranan juga penasaran. “ Sst …. sssttt, dengar ! “, tiba-tiba Adi berbisik. “ Coba dengar baik-baik, sepertinya ada yang sedang berbisik-bisik ! “, katanya lagi. “ Ayo kita dekati, siapa tahu orang jahat ! “, ajak Bima. Entah mengapa ketiganya jadi pemberani, padahal hari mulai gelap. Perlahan-lahan mereka mencari sumber suara. Ternyata ada beberapa orang yang sedang merencanakan niat tidak baik. Orang-orang itu berencana hendak mencuri kayu jati dengan menebang pohonnya. Ditunggu saat hari sudah gelap. Kemudian ketiganya menyelinap dengan hati-hati menuju Kantor Polisi, mereka hendak lapor. “ Anak-anak, ada apa malam-malam begini kesini ? “, tanya Pak Polisi yang sedang tugas jaga atau piket. Ketiganya secara bergantian melaporkan apa yang mereka lihat dan dengar di hutan jati tersebut. Pak Polisi tanggap atas laporan anak-anak itu, lalu menyuruh anak-anak pulang dan mereka menyiapkan regu untuk menangkap para pencuri pohon jati itu. Para pencuri itu dapat diringkus sebelum melaksanakan niatnya. Kejadian itu sudah lama berlalu, tapi ketiga sahabat itu masih tetap berkumpul di Markas Jati. Tidak ada perasaan takut sama sekali, bahkan mereka berharap bisa menemukan sesuatu lagi. Pada suatu ketika, Adi, Bima dan Citra diberitahu oleh orang tua masing-masing, bahwa mereka mendapat panggilan dari Pak Camat. Semuanya diminta datang ke Kantor Camat. “ Ada apa ya, kok kita dipanggil Pak Camat ? “, kata Adi. “ Entahlah, aku juga tidak tahu “, sambung Bima. “ Mungkin ditegur karena sering main di hutan ! “, kata Citra. Ketiganya keheranan, selain itu orang tua mereka juga tidak memberi penjelasan mengapa dipanggil oleh Pak Camat. “ Adi, Bima dan Citra ! “, kata Pak Camat. “ Berkat jasa kalian, para pencuri pohon jati bisa ditangkap ! “. “ Kalian mendapat hadiah berupa Bea Siswa sampai lulus SMA ! “. Tentu saja ketiganya merasa senang sekali, apalagi orang tua mereka. Selain bangga juga bersyukur anak-anaknya bisa melanjutkan sekolahnya. Sebab mereka bukan dari keluarga mampu. “ Ternyata kegiatan kita selama ini membawa hasil ya ! “, kata Citra saat berkumpul di Markas Jati. “ Ya, aku juga tidak menyangka ! “, ujar Bima senang. "Bagaimana kalau kita cari Harta Karun lagi ? “, ajak Adi. “ Siapa tahu dapat hadiah lagi ! “, tambahnya lagi. “ Hu … hu … payah kamu Di ! “, ejek Bima dan Citra.Ketiganya lalu tertawa-tawa, mereka selalu akur tidak pernah berselisih apalagi sampai berkelahi. Adi, Bima dan Citra tidak pernah tahu, bahwa kotak yang mereka temukan sesungguhnya perbuatan ayah mereka masing-masing. Mereka ingin mengingatkan pada anak-anaknya agar jangan terlalu sering bermain hingga melupakan tugas belajar dirumah. Orang tua mereka juga tidak pernah tahu dan menyangka, akibat perbuatan mereka, maka anak-anaknya akan mendapat Bea Siswa. Sebetulnya Harta Karun yang sesungguhnya adalah Usaha dan Niat Adi, Bima dan Citra itu.

Karangan : Tungky

November 2000


Diatas aku kutip asli dari naskahku tanpa ada kata serta bahasa yang kurubah, jadi original alias asli, ide cerita mungkin bagus, tapi susunan bahasa serta urutan cerita yang membuat jadi tidak menarik, oleh sebab itu sambil berjalan dengan waktu, aku dapat pengalaman tersendiri untuk mengoreksi tulisan ku sendiri, setidaknya jadi lebih bagus dari karya-karya ku saat pertama kali kutuangkan dalam bentuk tulisan seperti cerpen diatas ……Tulisan itu belum pernah dimuat di majalah anak atau harian yang menyediakan rubriknya khusus untuk anak, seperti biasa akan ku edit lagi paling tidak supaya lebih enak dibaca juga menarik untuk anak-anak.Sependapatkah anda ? Atau mungkin punya masukan atau kritik lain ????

Tidak ada komentar:

Maukah Memberi Saran ?